Wednesday 2 August 2017

Mencari Keseimbangan Hidup



Saat sedang berselancar di media sosial, saya menemukan tweet seorang influencer yang mengkritik tentang gaya hidup berlebih-lebihan. Tweet tersebut kemudian dikritik oleh banyak orang, salah satunya juga oleh influencer lain. Bagi mereka, influencer itu tak perlu mengatur-ngatur orang lain tentang bagaimana mengatur uang mereka, toh mereka tidak merugikan pihak lain. Duit-duit mereka.


Topik "kesederhanaan" selalu jadi perdebatan. Ada orang yang beranggapan kalau berlebih-lebihan itu tak baik, meskipun uang kita banyak dan kita masuk dalam richest list-nya Forbes. Ada juga yang berpikir kalau selama itu uang kita sendiri dan kita tidak ngutang, tidak ngemplang pajak atau mengambil hak orang lain, tak masalah kalau kita mau berboros-boros ria atau membeli barang yang mahalnya di luar nalar seperti Hermes Birkin dan Chateau Lafite Rothschild Vintage 1990 Red Wine.


Mengingat masalah kesederhanaan ini,  jadi ingat tentang konsep sufisme atau tassawuf. Sufisme sendiri merupakan aliran terkait penyucian jiwa untuk menuju ketenangan batin. Dikutip dari Oxford Islamic Studies Online, mereka yang menganut aliran sufi ini bertujuan untuk senantiasa memahami keberadaan Tuhan di dunia dengan cara berkontemplasi, fokus kepada jiwa. 


Menurut Yusuf Al Qardhawi, makna sufisme atau tasawuf dalam agama adalah memperdalam ke bagian rohaniah. Masih dilansir dari Fatawa Qardhawi, dalam Islam, ada keseimbangan dalam proses ini. Tasawuf bukan sekadar menjauhkan diri dari duniawi ini dan menjadi fakir bagi diri sendiri. Proses tasawuf haruslah seimbang.


Ya, seimbang. Kembali lagi pada masalah influencer tadi. Berhemat dan tidak menghabiskan uang kita untuk hal-hal mewah (yang sebetulnya tidak kita perlukan), itu tidak salah. Namun, menggunakan uang kita untuk menyenangkan diri sendiri dan orang lain juga tidak salah. Kalau sebuah barang mahal bisa kita beli tanpa berutang, tanpa mengabaikan kebutuhan utama, tak masalah. Setiap orang punya standar kebahagiaannya masing-masing. Asal standar itu tidak merugikan orang lain, mengapa harus diributkan?


Yang terpenting adalah keseimbangan. Seimbangkan antara kehidupan sosial Anda dengan waktu luang untuk berkontemplasi. Seimbangkan waktu untuk menyenangkan diri dengan waktu untuk bekerja dan berusaha. Seimbangkan antara keinginan untuk memanjakan diri dengan barang-barang mewah dengan membantu orang lain meringankan beban hidup mereka.


Hidup yang berkualitas bukanlah hidup yang digunakan hanya untuk bekerja, berhemat, dan kata kerja lain yang dianggap produktif. Hidup ini akan sangat berarti apabila kita mampu menyeimbangkan setiap hal di dalamnya.

No comments:

Post a Comment